Kesenian Indramayu Tampil di Ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) XLIV Tahun 2022

Dikbud Indramayu. Pemerintah Kabupaten Indramayu melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk pertama kalinya ikut berpartisipasi dalam ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) XLIV Tahun 2022. Mereka tampil membawakan kesenian khas daerahnya di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Provinsi Bali (Art Center), Selasa (14/6/2022) malam.

Koordinator pagelaran, Dedy S Musashi mengungkapkan, tampil pertama kali di ajang PKB, Indramayu pun berharap kesenian mereka bisa makin dikenal lebih luas oleh masyarakat di luar Indramayu. Dedy sendiri pernah pentas menampilkan kesenian Indramayu di Nusa Dua Festival pada tahun 2002 silam. Dua puluh tahun berlalu, kini kesenian Indramayu kembali bisa ditampilkan di Pulau Dewata, bahkan di ajang besar seperti PKB.

Dedy mengatakan, ini merupakan keinginan Pemkab Indramayu di bawah kepemimpinan Bupati Nina Agustina agar kesenian Indramayu bisa dinikmati masyarakat luar daerah. “Bupati saat ini memang orangnya suka seni dan budaya. Event-event apapun yang ada di luar Indramayu, pasti berusaha diikuti. Seperti terakhir kali di Kendari kami tampil bawakan kesenian Berokan. Dengan tampil di PKB ini, kami ingin agar kesenian Indramayu juga bisa dinikmati oleh masyarakat Bali, dan dikenal oleh masyarakat lainya di luar Indramayu,” ungkapnya.

Dedy menjelaskan, sebanyak empat kesenian khas Indramayu yang ditampilkan dalam partisipasi di PKB dengan melibatkan sebanyak 86 seniman yang berasal dari berbagai sanggar di Indramayu. Dengan waktu persiapan dua bulan lamanya, mereka menampilkan kesenian antara lain Tari Topeng Mimi Rasinah, khususnya Topeng Kelana. Dedy menuturkan, sosok Mimi Rasinah ini merupakan maestro topeng asal Indramayu yang sudah melanglangbuana ke mancanegara. “Topeng ini sebenarnya menceritakan kebaikan dan keburukan,” ungkapnya.

Selanjutnya, ada kesenian Rudat yang berasal dari Desa Krasak, Indramayu. Kesenian ini merupakan kesenian bernuansa Islami dengan didominasi gerakan pencak silat di dalamnya. Konon, Rudat pada awalnya berkembang di pesantren-pesantren seiring dengan perkembangan seni Brai. “Sama halnya dengan kesenian dari Aceh, Tari Saman, itu menceritakan tentang masuknya agama Islam di Indramayu. Banyak sekali pesan-pesan di sana, bahwa segala sesuatunya itu selalu ingat tentang Tuhan Yang Maha Esa,” terang Dedy.

Selain Tari Topeng dan kesenian Rudat, ada juga kesenian Sintren yang ditampilkan. Dedy menjelaskan, Sintren ini merupakan perpaduan antara unsur magis dan seni tradisional yang mengandung banyak filosofi. Kesenian ini berkembang di masyarakat pesisir terutama di pantai utara Jawa Barat. Kesenian ini diiringi alat musik yang sangat khas berupa buyung, kendi, dan batang bambu. “Di kesenian ini nanti akan ada seorang putri yang awalnya berpakaian biasa, tetapi ketika masuk kurungan dia akan berubah, berpakaian seperti bidadari,” jelasnya.

Kesenian Berokan pun tak luput ditampilkan dalam ajang PKB XLIV Tahun 2022. Berokan, menurut Dedy, adalah kesenian serupa Barong. Namun di Indramayu, berokan tak sekedar sebagai hiburan, namun juga memiliki fungsi lain yakni untuk pengobatan. “Kalau di Indramayu, berokan sebagai pengobatan. Misalkan ada yang sakit, kalau ditampilkan kesenian ini, Insya Allah akan sembuh,” ucap Dedy.

Dedy melanjutnya, sebetulnya kesenian-kesenian ini nyaris punah. Namun dari Pemkab Indramayu berupaya untuk membangkitkan kesenian-kesenian ini agar tetap lestari. Salah satu upaya pelestarian yang dilakukan yakni dengan memasukkan materi kesenian ini ke dalam muatan lokal di dalam kurikulum SD dan SMP di Indramayu. “Selain itu, di bawah naungan di bidang kebudayaan, kesenian yang hampir punah dilindungi dengan membuat sanggar-sanggar,” pungkasnya.*
(Sumber Dinas Kebudayaan Provinsi Bali)

Scroll to Top